ILUSTRASI
"Kalau ragu, tinggalkan saja, mendingan tidak usah melakukan penerbangan. Lebih baik mati membawa nama daripada mundur sebelum perang," itulah yang diucapkan oleh Ardiansyah, co-pilot pesawat Cassa 212 yang ditugaskan menyemai garam di awan, untuk mendapatkan hujan buatan oleh BPPT di Jambi.
Meskipun baru pertama kali melakukan penerbangan dengan menabur garam, Ardiansyah terlihat tenang menjalankan pekerjaannya. Menurutnya, misi menabur garam di awan yang dianggap cocok, sama seperti penerbangan biasa.
Kegiatan penerbangan menembus awan juga menjadi 'makanan' wajib dalam operasi militer, yang dijalankan oleh semua anggota TNI.
"Operasi militer kan bukan hanya peperangan. Operasi seperti menanggulangi bencana juga operasi militer. Jadi, ini juga operasi militer namanya," kata Ardiansyah yang ditemui di Kantor BNPB Bandara Sultan Thaha Jambi, Selasa (25/9/2012).
Saat ditemui, Ardiansyah baru turun dari operasi penaburan garam. Ia mengatakan, selama melakukan penerbangan, syarat paling utama adalah kepercayaan diri yang tinggi. Sebab, dengan kepercayaan diri dan mental yang cukup, penerbang bisa mengontrol diri.
"Sebab kalau tidak percaya diri, mendingan tidak usah terbang," ucap anggota TNI dari Cirende, Pondok Cabe, Jakarta.
Selama bertugas menjadi pembawa garam yang sudah dihaluskan dengan mesin khusus dari Jawa, Ardiansyah belum menemui kendala berarti. Sebaliknya, ia mengaku melakukan pekerjaannya dengan senang hati.
"Tidak ada susahnya. Senang semua lah. Di sini kami juga banyak ketemu teman baru," ungkapnya.
Jambi masih melakukan penaburan garam untuk hujan buatan oleh BNPB, BPPT, MBKG, TNI, dan instansi lainnya.
Menurut keterangan Koordinator BPPT yang menangani masalah hujan buatan, M Djazim Syaifullah, penaburan garam yang sudah dilakukan 20 kali sudah berhasil menyemai garam sebanyak 19 ton.
Rencananya, penyemaian dilakukan selama 30 hari. Djazim menjelaskan, bila masih banyak titik api, penyemaian akan lebih lama lagi.
"Garam punya zat pelembab yang bisa menimbulkan air. Jadi, kalau garam sudah disemai di sana, maka lapisan atmosfernya akan bersih dari asap itu," terangnya.
Cara mempercepat proses hujan adalah menyemai awan dengan bahan tertentu, yang mampu menyerap uap air.
Uap air dalam besaran tertentu akan jatuh dalam bentuk butiran air, atau yang biasa kita sebut hujan.
Bahan yang paling sering digunakan untuk membuat hujan buatan adalah garam (NaCL), karena memiliki kemampuan menyerap uap air, dan harganya paling terjangkau.
Calsium Clorida (CaCl2) sebenarnya memiliki kemampuan lebih bagus dari NaCL. Namun, pembuatan hujan di Jambi saat ini tidak menggunakan bahan tersebut, lantaran harganya mahal.
Djazim menjelaskan, media atmosfer yang cocok untuk pertumbuhan awan adalah media yang tidak stabil (unstabil).
Sumber