JAKARTA - Bagi setiap pria normal di usia matang secara seksual, ereksi adalah sesuatu yang umum terjadi. Fenomena fisiologis ini adalah kondisi penis yang membesar dan mengeras.
Namun, tak banyak yang menyadari, ereksi merupakan hasil interaksi kompleks antara psikologis, saraf pembuluh darah, dan faktor endokrin. Ereksi sebenarnya tak melulu karena gairah atau daya tarik seksual.
Mengapa seorang pria mengalami ereksi? Sebagian besar memang akibat adanya rangsangan atau daya tarik seksual. Namun, pria juga mengalami ereksi pada saat tidur atau bangun tidur yang dikenal dengan sebutan ereksi nokturnal.
Ereksi normal
Dikutip dari Mayo Clinic, salah satu cara mengetahui apakah seseorang mengalami ereksi normal adalah mengukur frekuensi ereksi di malam hari. Biasanya, pria mengalami ereksi 3-5 ereksi per malam. Satu ereksi bisa berlangsung selama 30 menit. Ereksi yang terjadi di pagi hari menunjukkan tidak ada penyebab fisik dalam ereksi.
Namun, setiap pria normal pernah mengalami gangguan ereksi. Hampir semua pria pernah mengalami kegagalan ereksi atau tak dapat mempertahankan ereksi.
Dalam banyak kasus, masalah ini bisa hilang dengan sedikit atau tanpa perawatan. Tetapi, jika seorang pria kesulitan menjaga ereksi lebih dari 25 persen daripada waktu yang seharusnya, menunjukkan adanya gangguan.
Ereksi dan Kepercayaan Diri
Gangguan ereksi bisa merusak rasa percaya diri, juga hubungan dengan pasangan. Kerapkali, masalah ereksi disebut bersumber dari pikiran. Kenyataannya, gangguan ereksi disebabkan adanya masalah fisik.
Masalah ereksi biasanya tidak mempengaruhi gairah seks pria. Ejakulasi dini tidak sama dengan impotensi. Infertilitas pria juga berbeda dari impotensi.
Seorang pria yang tidak dapat menjaga ereksi mungkin dapat memproduksi sperma yang bisa membuahi sel telur. Seorang pria yang tidak subur biasanya dapat menjaga ereksi, tetapi ia mungkin tidak bisa menjadi ayah seorang anak karena adanya masalah dengan sperma.
Namun, tak selama gangguan ereksi berupa tak mampu menjaga atau tak bisa melakukan ereksi. Priapism misalnya, adalah gangguan ereksi yang berlangsung lebih dari empat jam dan menyakitkan dan terjadi tanpa ada rangsangan seksual.
Umumnya Priapism terjadi karena terjebaknya darah di area oenis dan tidak mampu mengalir normal. Bila tak segera diobati, dapat menyebabkan jaringan parut dan disfungsi ereksi permanen.
Penyebab umum masalah ereksi meliputi:
- Penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, jantung atau kondisi tiroid, aliran darah yang buruk, depresi, atau gangguan sistem saraf (seperti multiple sclerosis atau penyakit Parkinson)
- Penggunaan obat-obatan, termasuk obat tekanan darah terutama beta-bloker, obat jantung, obat ulkus peptikum tertentu, obat tidur, dan antidepresan
- Kerusakan saraf dari operasi prostat
- Penggunaan nikotin, alkohol, atau kokain
- Miskin komunikasi dengan pasangan
- Perasaan ragu-ragu dan kegagalan berulang
- Cedera saraf tulang belakang
- Stres, ketakutan, kecemasan, atau kemarahan
- Harapan seksual yang tidak realistis, yang menajadikan seks bukan sesuatu yang menyenangkan
Masalah ereksi menjadi lebih umum dengan usia tua, tapi bisa memengaruhi pria di usia berapapun. Penyebab fisik lebih sering terjadi pada pria yang lebih tua, sementara pada pria muda lebih banyak disebabkan faktor emosi.