Ibu hamil (Foto: Corbis)
PUASA dapat berdampak positif bagi ibu hamil dan menyusui. Asal kondisinya sehat, pola makan teratur, serta asupan nutrisi yang terjaga dan seimbang, hamil bukan halangan untuk berpuasa.
Kehamilan merupakan anugerah terindah yang dimiliki pasangan suami-istri. Karena itulah, salah satu alasan berumah tangga,yaitu mendapatkan keturunan. Namun, jika hamil di saat masuk bulan puasa,banyak kekhawatiran yang dialami calon ibu.
Misalnya, asupan gizi untuk janin berkurang, menyebabkan berat badan bayi rendah, nilai Apgar kurang, dan sebagainya. Semua anggapan tersebut keliru. Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Kemang Medical Care, Kemang, Jakarta Selatan, dr Febriansyah Darus SpOG,tidak ada kaitan antara ibu hamil yang berpuasa dan nilai Apgar serta tingkat kecerdasan yang rendah.
”Selama kondisi tubuh ibu dan janin sehat, ibu hamil tidak perlu khawatir menjalankan puasa,” kata dia dalam acara talkshow bertajuk Love Your Pregnancy: Menikmati Momen Kehamilan di Bulan Ramadhan persembahan Sarihusada di Hongkong Cafe, Thamrin, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Febriansyah mengungkapkan, ibu jangan takut bayi tidak akan mendapatkan nutrisi. Ketika sedang berpuasa, janin akan mengambil nutrisi dari cadangan ibunya, misalnya dari lemak atau sumber nutrisi lain. Jadi, tidak perlu cemas dengan perubahan pola makan dari tiga kali sehari menjadi dua kali sehari saat berpuasa.
Memang, lanjut dia, ada penelitian yang menyebutkan, pada beberapa wanita hamil yang berpuasa memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Namun, perlu dicatat bahwa hasil ini hanya ditemukan pada wanita yang cenderung memiliki pola makan dan diet buruk.
Studi lain menemukan bahwa berpuasa pada bulan pertama kehamilan dapat mengakibatkan penurunan berat badan bayi saat lahir. ”Namun, penurunannya hanya sekitar 40 gram sehingga relatif kecil dan tidak berdampak besar bagi kesehatan janin,” imbuh Febriansyah.
Bagi ibu yang sedang menyusui, ada juga kekhawatiran jika berpuasa akan mengakibatkan perubahan komposisi air susu ibu (ASI) yang akan mengakibatkan bayi yang disusui kekurangan gizi dan menyebabkan ibu menjadi lemas. Febriansyah mengatakan, hal itu sama sekali tidak akan terjadi.
Sebuah studi yang dilakukan oleh sekelompok dokter anak di Asia Tengah pada 2007 menemukan fakta, puasa Ramadan bagi ibu menyusui tidak akan mengubah komposisi ASI secara bermakna. Jadi, meskipun berpuasa 14 jam, ASI yang dihasilkan ibu tidak akan berubah.
Karena, lanjut dia, saat berbuka puasa, tubuh akan melakukan kompensasi cadangan zat-zat gizi yang diambil dari simpanan tubuh, berupa lemak, energi, protein, vitamin, dan mineral.
”Oleh karena itu, jumlah asupan gizi pada ibu hamil dan menyusui yang berpuasa harus diperhatikan. Ibu menyusui harus tetap makan tiga kali sehari, saat sahur, berbuka, dan sesudah tarawih,” kata Febriansyah.
Dia mengungkapkan, terdapat banyak manfaat yang didapat dari kegiatan puasa bagi siapa saja yang menjalankannya, termasuk bagi ibu hamil dan menyusui. Salah satunya adalah membantu pembakaran lemak yang tidak dibutuhkan tubuh. Namun, bila kondisi kehamilan dalam keadaan yang kurang baik, ibu disarankan untuk tidak menjalankan ibadah puasa. Hal tersebut juga berlaku bila ibu menderita penyakit kronik, seperti diabetes, hipertensi, kelainan ginjal kronis, dehidrasi parah, atau ibu hamil yang mengalami perdarahan.
Juga terdapat hal-hal di mana ibu hamil harus membatalkan puasa. Misalnya, perdarahan, kontraksi sebanyak empat kali dalam satu jam, terjadi penurunan gerak janin, penglihatan buram, tegang otot, dan lemas yang berlebihan. ”Kalau hanya flu atau batuk, istirahat saja, jangan minum obat. Kecuali, kalau demam tinggi yang harus membatalkan puasa karena membutuhkan cairan,” ujar Febriansyah.
Febriansyah mengakui, pada wanita hamil yang berpuasa terjadi perubahan keseimbangan kimia dalam darah. Namun,perubahan ini tidak berbahaya bagi ibu dan bayi.“Hal ini berefek pada perubahan mood, nafsu makan, dan gejala-gejala seperti muntah dan lain sebagainya,” ucapnya.
Karena itu, ujar Febriansyah, ibu hamil dan menyusui memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dengan wanita pada umumnya. Seorang ibu hamil dan menyusui dianjurkan mengonsumsi makanan berbahan dasar susu dan protein kurang lebih dua kali.
Saat berbuka, minum minuman hangat dan manis terlebih dulu, makan sedikit-sedikit dan bertahap, seperti mengonsumsi karbohidrat sederhana atau kolak sebelum salat magrib. Lalu makan malam setelah salat dan camilan setelah tarawih. Hindari mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak sekaligus, minum air es, dan minuman yang mengandung kafein.
(tty)