KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
Banyak peziarah mengejar barokah dari makam Gus Dur hingga kadang kurang logis.
Gus Dur selalu jadi sumber berita. Bahkan hingga Gus Dur wafatpun ia masih menjadi sumber informasi. Berikut ini kisah yang dituturkan Keluarga Ciganjur kepada Beritasatu.com. Sejak wafat dan dimakamkan di Tebuireng, makam Gus Dur selalu ramai dikunjungi peziarah. Di atas tanah merah itu aneka kembang tak pernah layu. Kembang selalu baru mengiringi peziarah yang bergonta-ganti.
Pemakaman Gus Dur belum genap tujuh hari, saat satu hari datang rombongan peziarah dari Semarang. Saat sore bakda Ashar rombongan hendak pulang, tiba-tiba dikagetkan oleh berita bahwa ada satu orang anggota yang belum kembali. Akhirnya ketua rombongan mendatangi tempat tinggal keluarga Gus Dur di kompleks Pesantren Tebuireng dan melaporkan kejadian tersebut.
Oleh keluarga Gus Dur disarankan untuk diumumkan saja melalui speaker masjid Tebuireng. Kira-kira dua jam kemudian setelah sholat Maghrib, ketua rombongan mendapat telepon dari Polsek di Semarang yang mengabarkan kalau orang yang dicari sudah kembali. Rupanya pria yang dicari itu mencari kantor polisi untuk minta disambungkan ke kepala rombongan.
Keluarga Gus Dur kemudian dilapori kalau yang dicari sudah ketemu, malah sudah di Semarang. Awalnya ia tak sadar apa yang terjadi. Lalu disuruhlah ketua rombongan menghubungi kembali pria yang hilang itu. Dari mulut pria itu didapat ceritera kalau dia nebeng rombongan para habib yang naik bis yang melewati Semarang.
Pria yang dicari itu menceritakan kronologisnya: masuk ke area makam Gus Dur, lalu duduk di sebelah para habib bersorban putih. “Saya ikut mengaji. Tapi saat pulang saya lihat tidak ketemu rombongan. Jadi akhirnya saya ikut rombongan yang pakai sorban putih itu dan turun di Semarang,” kata pria yang sempat hilang itu.
Setelah mendengar cerita itu barulah rombongan yang berkumpul bersama salah seorang anggota keluarga Gus Dur sadar kalau ada yang tidak lazim. Bagaimana bisa jarak Jombang-Semarang yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu paling cepat 6 jam hanya dilalui oleh rombongan itu cuma sekitar 2 jam saja. Hilang bakda Ashar dan ditemukan di Semarang saat Maghrib tiba.
Ayam Dari Makam Gus Dur Laku Rp7,5 Juta
Lain lagi cerita tentang seekor ayam yang masuk ke makam Gus Dur. Satu waktu makam dipenuhi peziarah. Di tengah khusuknya berdoa tiba-tiba ada ayam bisa masuk ke area makam yang penuh sesak oleh lautan manusia. Ayam itu mungkin tersesat hingga sampai di makam Gus Dur.
Sontak saja ayam itu jadi perhatian banyak orang. Orang berebut menangkapnya. Setelah salah seorang berhasil menangkap ayam tersebut, si pemilik ayam dihubungi. Penangkap ayam tersebut rupanya bermaksud membeli ayam tersebut. “Itu ayam barokah karena bukan sembarang ayam bisa lolos melewati ribuan orang sampai di makam Gus Dur,” kata orang yang bermaksud membeli. Maka setelah terjadi tawar menawar ayam itu laku seharga Rp7,5 juta.
Ngalap berkah dari Gus Dur juga terjadi sesaat setelah jenazah Gus Dur dimandikan. Tiba-tiba ada seorang yang mengaku pengusaha dari Jawa Timur datang menemui keluarga Gus Dur. Ia bermaksud membeli papan dan aneka alat yang dipergunakan untuk memandikan Gus Dur. Pembeli ini ngotot membeli dan mengajukan tawaran harga awal sebesar Rp5 Juta.
Melihat gelagat keluarga Gus Dur tak ada tanda-tanda melepasnya, ia menaikkan tawaran hingga Rp15 juta. Lalu naik lagi Rp25 Juta dan terakhir Rp50 Juta. Tapi keluarga Gus Dur sudah keukeuh tak akan menjual papan dan aneka perkakas yang dipakai untuk memandikan Gus Dur. “Bayangkan kalau papan, bambu, gayung itu terus dipotong-potong dan direndam di air lalu airnya diperjualbelikan itu kan syirik,” kata keluarga inti Gus Dur. Maka untuk menghindari serbuan peminat pemberli serupa, keluarga Gus Dur bergegas mengandangkan papan dan perkakas memandikan jenazah Gus Dur ke dalam gudang dan menguncinya rapat-rapat.
Ada-ada saja orang mau mengejar berkah hingga tidak rasional. Berkah itu karena melaksanakan amalan yang diajarkan kiai bukan dari satu dua barang.