Pasangan Berolahraga
SAAT usia menginjak 50 tahun, dorongan seks memang perlahan menurun. Namun, Anda dapat menyiasatinya dengan rutin melakukan olahraga.
Melakukan olahraga tidak saja berdampak positif bagi stamina tubuh, tapi juga vitalitas pria di ranjang. Karenanya, jika ingin kehidupan seksual tetap memanas di usia 50 tahun, olahraga menjadi kuncinya.
Menurut sebuah penelitian medis, pria rutin fitnes untuk menjaga kesehatan tubuhnya ditemukan tetap mempunyai dorongan seksual yang tinggi, meski usianya sudah menginjak di atas 50 tahun.
Penelitian ini menemukan bahwa efek menghilangkan lemak atau menghilangkan kebiasaan mengonsumsi alkohol tidaklah efektif. Justru, pria di usia 50-an, hal tersebut berdampak pada bertambahnya gairah seks mereka. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah sperma yang lebih tinggi dan ereksi yang lebih kuat.
Temuan itu berasal dari sebuah studi para dokter dari Dublin kepada 900 pria dengan usia rata-rata 54 tahun di mana mereka mengikuti program pencegahan diabetes AS. Berat badan ideal ternyata dapat menunda atau menghindari terjadinya diabetes terutama pria yang paling rentan terhadap penyakit tersebut. Tetapi para ilmuwan menegaskan bahwa dorongan seksual mereka justru bertambah intensif khususnya dengan adanya olahraga dan diet.
Pada penelitian tersebut, sebanyak 900 pria setengah baya dibagi menjadi tiga kelompok untuk menjalani satu tahun pengobatan yang dirancang untuk membantu pencegahan penyakit diabetes pada pria. Sebagian dari jumlah relawan tersebut diminta untuk mengubah gaya hidup mereka dengan diet dan berolahraga 150 menit sepekan, sementara sepertiganya diberikan obat diabetes metformin dan sisanya diberikan plasebo.
Jumlah pria dengan kadar testosteron rendah hasilnya hampir identik antara mereka yang diberikan obat metformin dan plasebo. Tapi pada kelompok yang melakukan perubahan gaya hidup, proporsi dengan testosteron rendah turun secara signifikan hingga 11 persen.
Peneliti Dr Frances Hayes dari St Vincent University Hospital di Dublin mengatakan bahwa kadar testosteron rendah merupakan hal umum di antara pria yang kelebihan berat badan sebelum akhirnya mereka memiliki penyakit diabetes.
"Dokter mendorong para pria yang memiliki kelebihan berat badan dengan kadar testosteron rendah untuk mencoba menurunkan berat badan mereka melalui diet dan olahraga sebelum beralih ke terapi testosteron guna meningkatkan kadar hormon mereka," seperti dikutip dari Mid Day.
Hasilnya, kadar testosteron naik dan bobot tubuh berkurang, serta diikuti dengan penurunan ukuran pinggang. "Kehilangan berat badan tidak hanya mengurangi risiko pria prediabetic maju menjadi diabetes, tetapi juga efektif meningkatkan produksi testosteron di tubuh mereka," tambah Dr Hayes.
Melakukan olahraga tidak saja berdampak positif bagi stamina tubuh, tapi juga vitalitas pria di ranjang. Karenanya, jika ingin kehidupan seksual tetap memanas di usia 50 tahun, olahraga menjadi kuncinya.
Menurut sebuah penelitian medis, pria rutin fitnes untuk menjaga kesehatan tubuhnya ditemukan tetap mempunyai dorongan seksual yang tinggi, meski usianya sudah menginjak di atas 50 tahun.
Penelitian ini menemukan bahwa efek menghilangkan lemak atau menghilangkan kebiasaan mengonsumsi alkohol tidaklah efektif. Justru, pria di usia 50-an, hal tersebut berdampak pada bertambahnya gairah seks mereka. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah sperma yang lebih tinggi dan ereksi yang lebih kuat.
Temuan itu berasal dari sebuah studi para dokter dari Dublin kepada 900 pria dengan usia rata-rata 54 tahun di mana mereka mengikuti program pencegahan diabetes AS. Berat badan ideal ternyata dapat menunda atau menghindari terjadinya diabetes terutama pria yang paling rentan terhadap penyakit tersebut. Tetapi para ilmuwan menegaskan bahwa dorongan seksual mereka justru bertambah intensif khususnya dengan adanya olahraga dan diet.
Pada penelitian tersebut, sebanyak 900 pria setengah baya dibagi menjadi tiga kelompok untuk menjalani satu tahun pengobatan yang dirancang untuk membantu pencegahan penyakit diabetes pada pria. Sebagian dari jumlah relawan tersebut diminta untuk mengubah gaya hidup mereka dengan diet dan berolahraga 150 menit sepekan, sementara sepertiganya diberikan obat diabetes metformin dan sisanya diberikan plasebo.
Jumlah pria dengan kadar testosteron rendah hasilnya hampir identik antara mereka yang diberikan obat metformin dan plasebo. Tapi pada kelompok yang melakukan perubahan gaya hidup, proporsi dengan testosteron rendah turun secara signifikan hingga 11 persen.
Peneliti Dr Frances Hayes dari St Vincent University Hospital di Dublin mengatakan bahwa kadar testosteron rendah merupakan hal umum di antara pria yang kelebihan berat badan sebelum akhirnya mereka memiliki penyakit diabetes.
"Dokter mendorong para pria yang memiliki kelebihan berat badan dengan kadar testosteron rendah untuk mencoba menurunkan berat badan mereka melalui diet dan olahraga sebelum beralih ke terapi testosteron guna meningkatkan kadar hormon mereka," seperti dikutip dari Mid Day.
Hasilnya, kadar testosteron naik dan bobot tubuh berkurang, serta diikuti dengan penurunan ukuran pinggang. "Kehilangan berat badan tidak hanya mengurangi risiko pria prediabetic maju menjadi diabetes, tetapi juga efektif meningkatkan produksi testosteron di tubuh mereka," tambah Dr Hayes.