Penundaan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) membuat para pengecer dan pemilik kios bensin di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mulai ''''menurunkan'''' harga. Padahal, selama sepekan terakhir, mereka sudah telanjur menaikkan harga eceran Premium Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per botol (isi 0,8 - 0,9 liter).
"Ya, daripada enggak laku," kata Saniman, 40 tahun, seorang pengecer bensin di kawasan Stasiun Jember, Sabtu, 31 maret 2012.
Ny Suhartinah, 50 tahun, pemilik warung kopi dan kios bensin di kawasan kampus, juga melakukan hal serupa. Mulai hari ini, dia menurunkan harga bensin eceran. "Nanti kalau dijual enam ribu enggak laku, buat apa? Ditumpuk juga enggak nambah rejeki," katanya seraya tertawa.
Penundaan naiknya harga BBM juga membuat Pemerintah Kabupaten Jember tidak jadi menaikkan tarif angkutan dalam kota. Menurut Kepala Dinas Perhubungan Jember, Djuwarto, rencana rapat dengan para pengelola angkutan kota dan angkutan desa di Jember untuk membicarakan kemungkinan naiknya tarif akibat naiknya harga BBM tidak jadi dilakukan.
"Ya, kita putuskan menunggu perkembangan situasi selanjutnya," katanya.
Padahal, jika harga BBM jadi naik mulai 1 April besok, Dinas Perhubungan Jember sudah memperkirakan penyesuaian tarif angkutan kota dan angkutan desa yang diperkirakan akan mencapai 20 persen.
http://www.tempo.co