KETIKA hendak datang bulan, umumnya wanita mengalami premenstrual syndrome (PMS). Tapi ternyata, PMS tidak selalu karena nyeri haid.
Jika selama ini kita berpikir bahwa wanita yang emosional saat PMS karena rasa nyeri yang dirasakan, itu tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, tidak semua wanita PMS mengalami rasa nyeri.
PMS dan nyeri haid adalah dua hal yang berbeda. Jika nyeri haid adalah masalah pada fisik, sedangkan PMS adalah masalah pada kejiwaan.
"PMS lebih merupakan masalah kejiwaan. Latarbelakangnya kejiwaan. Tidak semua wanita mengalaminya. Tidak semua wanita juga mengalami rasa sakit saat PMS," tutur Dr Handrawan Nadesul saat dihubungi okezone melalui telepon genggamnya, Selasa (11/4/2012).
Efek dari PMS juga bermacam-macam, salah satunya menjadi kleptomania.
"Ada wanita tertentu, saat PMS perasaannya menjadi tidak enak, tingkah laku berubah, bahkan ada yang bisa jadi kleptomania. Bukan karena dia orang tidak mampu. Jadi, dia merasakan nikmat ketika mengambil sesuatu secara tersembunyi," terangnya.
Definisi dari PMS atau sindrom sebelum menstruasi ini sendiri adalah kombinasi dari gangguan-gangguan fisik dan emosi yang terjadi setelah wanita berovulasi dan berakhir dengan menstruasi.
Pria kelahiran 31 Desember 1948 ini pun menjelaskan keterkaitan antara kejiwaan dan menstruasi.
"Jiwa dan badan selalu terkait. Saat menstruasi atau sebelum haid terjadi perubahan hormon. Hormon menjadi tidak seimbang. Ada yang naik dan turun. Hal tersebut berpengaruh pada jiwa," paparnya.
Karena perubahan hormon yang berpengaruh pada kejiwaan itulah wanita yang mengalami PMS cenderung emosi secara berlebihan, labil, dan suka uring-uringan yang tidak bisa dijelaskan.
Karenanya, Handrawan menyarankan para pria untuk memahami kondisi pasangannya yang sedang mengalami PMS.
"Bagi para pasangan atau calon suami, harus dipahami hal seperti ini. Tidak harus ditanggapi berlebihan," sarannya.