info kesehatan/unik/serba serbi

Share Up To 110 % - 10% Affiliate Program

Monday, 26 March 2012

Partai Politik Tak Lagi Menarik?

Tak pelak lagi, partai politik (parpol) menjadi salah satu instrumen politik paling penting di negeri ini. Parpol dalam fungsi rekruitmen politiknya, telah menjadi "alat produksi" utama elit politik, baik di lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Hampir tidak mungkin seseorang menduduki jabatan publik tanpa dukungan partai politiik. Masalahnya, wajah parpol saat ini sangat buram. Pragmatis, oligarkis, nepotis, koruptif, transaksional, adalah sebagian dari perilaku parpol saat ini.


[imagetag]
Sehingga, tidak mengherankan ketika survey yang dilakukan sebuah lembaga kajian (Center For Strategic and International Studies) bulan lalu mengungkapkan, hanya seperlima masyarakat Indonesia yang mengatakan kinerja parpol itu baik. Dengan kata lain, jelas peneliti Sunny Tanuwidjaja, tingkat sentimen anti partai politik di Indonesia sudah sampai titik yang mengkhawatirkan.

Lantas, bagaimana nasib negeri ini ke depan, jika pemroduksi elit politik sudah tidak dapat dipercaya lagi? Bagaimana kalangan anak muda sebagai penentu masa depan bangsa, menanggapi isu ini?

Ratna Ayuningtyas, mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dengan kritis menilai, keberadaan parpol saat ini di Indonesia sudah tidak efektif lagi. "Melihat kinerja parpol sekarang, saya memberikan mosi tidak percaya. Parpol sudah tidak menjalankan fungsinya, dan sudah dimonopoli oleh para petinggi parpol," terang Ratna.

"Pemilu nanti juga kemungkinan besar saya tidak akan memberikan hak suara saya, karena masih belum melihat gambaran ke depan. Tidak ada komitmen parpol yang dapat dipercaya, karena mereka hanya mengumbar janji pada saat pemilu, tanpa niat yang kuat untuk mewujudkannya," tambah Ratna.

Bagi Isma Ramadhani, mahasiswa Fisipol UGM, partai politik seharusnya adalah sekelompok orang yang mempercayai sebuah nilai, dan dengan nilai itu mereka melakukan sesuatu yang positif, seperti pelayanan sebaik - baiknya kepada masyarakat. Tetapi, tambah Isma, parpol sebagai kepanjangan tangan rakyat dan juga penyalur aspirasi rakyat, sekarang sudah berubah menjadi alat bagi orang - orang tertentu untuk mencapai kekuasaan belaka.

Pernyataan senada diungkapkan, Irawan Bayu Pratama, mahasiswa Hubungan Internasional UMY. Menurutnya, peran parpol hanya terlihat pada saat menjelang pemilu saja, mereka berlomba - lomba mencari suara agar mereka bisa meraih kekuasaan. "Fungsi parpol sebagai artikulasi, agregasi kepentingan rakyat dan juga penyalur aspirasi rakyat sudah teredukasi. Parpol sekarang hanya bersifat pragmatis," tambah Arizal, ketua IMM Fisipol UMY.

Shoim, aktifis HMI di Universitas Islam Negeri (UIN), menimpali, parpol saat ini hanya simbol kepentingan saja, dan bahkan saling menjatuhkan satu sama lain, sehingga jauh dari tujuan mensejahterakan rakyat. Azmi, mahasiswi HI UGM juga mengungkapkan, rekruitmen parpol pun tidak jelas sehingga nantinya menghasilkan kader - kader yang tidak berkualitas.

Tanggapan lebih keras datang dari Ekamara Ananami Putra, mahasiswa Jurusan Pemerintahan Fisipol UGM. Menurutnya, opini bahwa parpol sebagai sarang perampok berdasi telah berlaku di masyarakat. Kasus anyar Wisma Atlet Sea Games dan Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) misalnya, terindikasi terjadi praktek korupsi yang melibatkan petinggi partai.

Tetapi, Eka lantas mempertanyakan, apakah dengan demikian generasi muda harus membenci parpol, dan bersikap apolitis? Pertanyaan itu dijawabnya sendiri, tidak! "Bukan sikap yang tepat untuk membenci parpol atau apolitis. "Toh, yang rusak dan busuk itu bukan partainya, hanya sebagian orang - orang keblinger yang rusak dan busuk," ungkap Eka.

Senada, Bayu Mahasiswa Fisipol UMY, mengatakan bahwa peran parpol di Indonesia sangat penting. Arizal, pun masih percaya dengan eksistensi partai politik. "Tinggal kita memilih partai politik mana yang lebih baik". Arizal juga menambahkan bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk ikut berpartisipasi dalam siapa yang akan memimpin Indonesia kelak.