info kesehatan/unik/serba serbi

Share Up To 110 % - 10% Affiliate Program

Friday, 23 December 2011

Perempuan Feminis Dibiarkan Bugil di Hutan


Polisi meninggalkan tiga perempuan feminis Ukraina yang telanjang di sebuah hutan setelah mereka terlibat dalam aksi protes topless (telanjang dada). Demikian tuduhan kelompok feminis Femen, tempat ketiga perempuan itu bernaung, seperti diberitakan Daily Mail, Selasa (20/12/2011).

Ketiga perempuan itu tengah menggelar protes di ibu kota Belarus, Minsk, ketika mereka ditangkap, ditutup matanya, lalu dibuang ke hutan. Mereka terlumuri minyak dan dipaksa telanjang, kata kelompok feminis tersebut. Mereka kemudian diancam akan dibakar dan rambut mereka dipotong dengan pisau.






Mimpi buruk mereka itu difilmkan. Perempuan-perempuan itu kemudian dibiarkan telanjang di hutan, tanpa dokumen. Menurut lapran BBC, mereka lalu berjalan kaki ke sebuah kota kecil terdekat untuk mencari perlindungan.

Para perempuan itu memprotes peringatan satu tahun terpilihnya kembali Presiden Alexander Lukashenko, yang proses pemilihannya disengketakan. Kelompok itu telah secara rutin menggelar protes topless. Menurut situsnya, aksi tersebut bertujuan "menyatukan perempuan muda berdasarkan prinsip-prinsip kesadaran sosial dan aktivisme, pengembangan intelektual dan budaya."



Kedutaan Ukraina di Minsk menolak untuk mengonfirmasi klaim Femen itu. Namun, pihak kedutaan mengatakan kepada BBC bahwa seorang diplomat akan menyelidiki klaim itu.

Seorang juru bicara bagian keamanan Belarus menolak berkomentar, tetapi mengatakan, perilaku para perempuan itu merupakan sebuah "provokasi". Mereka menuntut kebebasan bagi para tahanan politik.



Aksi mereka memicu aksi lain dalam kontroversi seputar perlakuan rezim Ukraina terhadap oposisi. Setidaknya enam wartawan telah ditangkap karena meliput aksi protes, sesuatu yang merupakan hal langka di negara itu, lapor kantor berita AFP. Bahkan, bulan Desember 2010, otoritas setempat membungkam protes terhadap dugaan kecurangan dalam pemilihan umum. Banyak kelompok pemantau internasional mengatakan, pemungutan suara itu—yang dimenangi Lukashenko dengan perolehan 80 persen suara—sangat bias.