Umumnya, mereka berasal dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Pakistan, Afganistan, dan negara berpenduduk Muslim lain.
Setiap saat, Kabah di dalam Masjidil Haram terus dipenuhi Umat Muslim yang akan melakukan thawaf. Banyak jemaah Indonesia yang tertunda thawaf-nya, karena padatnya jemaah.
“Saat ini musim umrah, ingin masuk Masjidil Haram penuh sesak. Jutaan orang menyesaki bagian luar dan dalam masjid. Harus antre dulu untuk melakukan thawaf (mengelilingi Kabah). Kalau Salat Tarawih dimulai, kami baru bisa melakukan thawaf,” ujar Muhammad Nur, jemaah umrah asal PT Nettour Batam.
Jutaan jemaah tak hanya memenuhi ruangan dalam masjid di lantai satu, dua, dan tiga. Mereka juga tumpah ruah di serambi masjid, dan setiap sudut jalan yang berdekatan dengan masjid.
Akibatnya, tidak ada lagi celah kosong yang tidak terisi jemaah. Keadaan seperti ini akan terus terjadi hingga akhir Ramadan nanti.
Kendati padat, jemaah yang hendak melakukan umrah (thawaf dan sa’i) memiliki cara tersendiri agar tetap bisa melakukan umrah.
Para pembimbing jemaah (muthawwif) biasanya mengajak calon jemaah yang akan thawaf, saat Salat Tarawih sedang berlangsung. Cara ini dilakukan untuk mencari celah jalan menuju masjid.
Harapannya, selepas Salat Isya berjamaah, sebagian besar jemaah yang beraktivitas sebelumnya di masjid, sudah kembali ke tempat tinggalnya masing-masing.
Sehingga, tumpukan jemaah yang berada di pintu masuk masjid berangsur-angsur terurai. Maka, calon jemaah baru bisa masuk ke dalam masjid untuk umrah.
“Kalau kami langsung menerobos masuk ke dalam masjid, niscaya tidak akan bisa masuk. Sebelum azan dikumandangkan, jemaah berbondong-bondong masuk melalui seluruh pintu masjid,” tutur Ustad Muhammad Nuruddin Alawy kepada Tribun, di sela melakukan Salat Tarawih di Masjidil Haram.
Menurut Nuruddin, cara ini dilakukan atas dasar pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya. Alasannya, setiap menjelang salat wajib, pintu masuk Masjdil Haram selalu penuh sesak.
Sehingga, memasuki masjid saat salat berlangsung, diyakini bisa menjadi peluang bagi mereka yang akan melaksanakan thawaf dan sa’i.
“Umrah di luar Bulan Ramadan saja sangat ramai, apalagi selama Ramadan. Jemaah harus sabar, dan kami semaksimal mungkin mencarikan jalan pada waktu-waktu tertentu, agar mereka bisa masuk masjid,” jelas pria yang sudah lima tahun menjadi pembimbing jemaah umrah dan haji di Mekkah dan Madinah.
Pantauan Tribun yang berada di lokasi Masjidil Haram, setiap hari lojakan Umat Muslim yang hendak melakukan salat dan umrah sangat padat.
Aktivitas umat muslim menyemut di seluruh penjuru masjid dan pusaran Kabah. Bagi mereka yang tidak kebagian salat di masjid, melakukannya di jalan-jalan pinggir masjid. (*)
Sumber